Edisi 40, oleh Saryono, S.Pd. (Penyuluh Agama Islam KUA Karangreja)

Penyuluh agama adalah figur strategis yang berperan langsung dalam membimbing umat, menguatkan nilai-nilai keagamaan, serta menjadi teladan dalam kehidupan bermasyarakat. Tugas dakwah yang diemban penyuluh bukanlah tugas yang ringan, karena ia menyangkut urusan iman, akhlak, dan masa depan umat. Oleh karena itu, seorang penyuluh agama membutuhkan dukungan, kolaborasi, dan wadah untuk mengoptimalkan perannya. Keaktifan dalam organisasi keagamaan dan kemasyarakatan merupakan salah satu kunci penting agar tugas dakwah berjalan lebih efektif. Kenapa begitu? mari kita bahas.
1. Wadah Menguatkan Peran Dakwah
Penyuluh agama adalah figur yang menyampaikan ajaran agama, membina akhlak, dan membimbing masyarakat. Namun dakwah tidak bisa dilakukan sendirian. Dengan aktif di organisasi keagamaan maupun kemasyarakatan, penyuluh memiliki wadah yang memperkuat kiprah dakwahnya sehingga lebih terarah, terstruktur, dan berdampak luas.
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa…” (Q.S. Al-Maidah: 2)
Ayat ini menegaskan pentingnya kolaborasi dalam kebaikan, termasuk dalam dakwah.
2. Meningkatkan Kredibilitas dan Kepercayaan
Keterlibatan dalam organisasi memberi legitimasi sosial dan kelembagaan. Penyuluh agama yang aktif di masyarakat akan lebih dipercaya karena tidak hanya hadir secara personal, tetapi juga mewakili gerakan bersama. Ini sejalan dengan sabda Rasulullah ﷺ:
“Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah…” (H.R. Muslim)
Kekuatan yang dimaksud tidak hanya fisik, tetapi juga kekuatan jaringan, dukungan, dan posisi sosial.
3. Memperluas Jangkauan Dakwah dan Sosial
Aktif di organisasi membuka akses untuk menjangkau masyarakat lebih luas. Penyuluh dapat terlibat dalam kegiatan sosial seperti bakti sosial, pendidikan, pemberdayaan ekonomi, serta program keagamaan bersama. Hal ini menjadikan dakwah lebih nyata, bukan hanya ceramah, tetapi aksi sosial yang langsung dirasakan manfaatnya.
4. Membangun Solidaritas dan Kebersamaan
Seorang penyuluh sering menghadapi tantangan: mulai dari keterbatasan fasilitas hingga problem sosial masyarakat. Dengan berorganisasi, penyuluh tidak berjalan sendiri. Ada solidaritas, sinergi, dan kerja sama yang membuat tugas dakwah terasa lebih ringan. Rasulullah ﷺ bersabda:
“Seorang mukmin terhadap mukmin lainnya bagaikan sebuah bangunan, yang satu menguatkan yang lain.” (H.R. Bukhari dan Muslim)
5. Menjadi Teladan dalam Kehidupan Sosial
Penyuluh agama bukan hanya dituntut pandai menyampaikan ilmu, tetapi juga harus menjadi teladan. Dengan aktif di organisasi keagamaan dan kemasyarakatan, penyuluh menunjukkan sikap nyata: peduli, gotong royong, dan mau terlibat dalam pembangunan masyarakat. Firman Allah SWT:
“Sungguh telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu…” (Q.S. Al-Ahzab: 21)
Sebagai penerus dakwah Nabi, penyuluh perlu menunjukkan keteladanan dalam kebersamaan sosial.
6. Sarana Advokasi dan Perlindungan
Organisasi tidak hanya menjadi wadah kerja sama, tetapi juga tempat advokasi. Jika penyuluh menghadapi tantangan atau kesulitan, organisasi keagamaan maupun kemasyarakatan bisa memberikan dukungan, pembelaan, serta solusi bersama.
Aktifnya penyuluh agama dalam organisasi keagamaan dan kemasyarakatan sangat penting, karena:
- Menguatkan dakwah agar lebih terarah.
- Memberi legitimasi dan meningkatkan kepercayaan masyarakat.
- Memperluas jangkauan dakwah dan kegiatan sosial.
- Membentuk solidaritas dan sinergi.
- Menjadi teladan nyata dalam kehidupan bermasyarakat.
- Menyediakan sarana advokasi dan perlindungan.
Dengan demikian, penyuluh agama yang aktif di organisasi keagamaan dan kemasyarakatan adalah penyuluh yang mampu mengintegrasikan dakwah dengan aksi sosial, sehingga kehadirannya benar-benar dirasakan umat.