Edisi 16, oleh Metros Prihatin, S.Pd.I., M.Pd. (Guru MI Al Islam Majasem, Kecamatan Kemangkon, Kabupaten Purbalingga)
Pembelajaran sastra di Madrasah Ibtidaiyah (MI) kelas IV seringkali dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit dan cenderung membosankan. Sebagian anak merasakan awam jika harus membacakan puisi misalnya. Padahal, jika dikemas dengan cara yang sesuai , sastra bisa menjadi petualangan yang seru bagi anak-anak. Di usia ini, daya khayal mereka sedang berkembang pesat. Sastra diibaratkan sebagai alat yang sempurna untuk memupuk dan mengarahkan khayalan tersebut.
Mengapa Sastra itu Penting?
Sastra, yang meliputi puisi, cerita pendek, atau dongeng, bukan hanya sekadar hiburan. Ia laksana jembatan menuju pemahaman diri dan dunia. Menurut Sapardi Djoko Damono, sastra dapat diartikan sebagai sebuah lembaga sosial yang menggunakan bahasa sebagai medium penyampaiannya. Sastra juga menampilkan gambaran tentang kehidupan manusia dan kehidupan tersebut adalah suatu realitas sosial.
Adapun manfaat belajar sastra bagi siswa-siswi madrasah ibtidaiyah (MI) sangatlah besar, diantaranya:
Pertama, dapat meningkatkan kemampuan berbahasa: melalui sastra, anak-anak dapat mengenal kosakata baru, susunan kalimat yang indah, dan cara berekspresi yang beragam. Secara otomatis memperkaya kemampuan berbahasa mereka, baik lisan maupun tulisan.
Kedua, mampu mengembangkan empati. Pada saat membaca cerita tentang tokoh yang berjuang atau mengalami kesulitan, anak-anak belajar merasakan apa yang dirasakan orang lain. Mereka dilatih untuk melihat dari sudut pandang yang berbeda, menumbuhkan rasa empati dan kasih sayang.
Ketiga, mampu memupuk kreativitas dan imajinasi, dunia sastra tidak memiliki batas. Anak-anak dapat membayangkan singa, kancil, ayam, peri, putra mahkota atau bahkan menjelajah luar angkasa. Daya imajinasi ini adalah modal utama untuk kreativitas dan kemampuan berpikir “di luar kotak”. Menurut Rachmawati dan Kurniaty (2010: 54): imajinasi adalah kemampuan berpikir divergen seseorang yang dilakukan tanpa batas
Guru dan orang tua memiliki peran kunci dalam membuat pembelajaran sastra menjadi pengalaman yang tak dapat terlupakan.

Berikut adalah beberapa cara yang dapat kita tempuh :
Pertama, mengubah ruang kelas menjadi panggung cerita
Tentu anak-anak bosan jika guru hanya meminta anak-anak membaca buku di meja mereka. Ajaklah mereka untuk berinteraksi dengan cerita. Misalnya, membuat pojok baca yang nyaman dengan bantal-bantal. Setelah membaca, ajak mereka untuk bermain peran atau membuat sandiwara sederhana dari cerita yang telah dibaca. Kegiatan ini membuat mereka lebih terlibat dan memahami alur cerita secara mendalam.
Kedua, manfaatkan teknologi secara bijak
Saat ini, banyak sekali video animasi atau audiobook yang bisa digunakan sebagai media pembelajaran. Putar video dongeng atau dengarkan rekaman puisi dengan ekspresi yang tepat. Setelah itu, minta anak-anak untuk menceritakan kembali dengan gaya mereka sendiri. Ini juga bisa menjadi cara yang baik untuk memperkenalkan sastra dari berbagai daerah atau budaya.
Ketiga, mengajak anak menjadi penulis cilik
Berbicara tentang kreativitas tidak hanya berbicara tentang membaca, tetapi juga tentang menciptakan. Dorong anak-anak untuk menulis cerita atau puisi mereka sendiri. Mulai dari hal-hal yang sederhana, seperti menceritakan pengalaman liburan atau menggambarkan hewan peliharaan mereka. Berilah anak-anak motivasi untuk tidak perlu takut salah, yang terpenting adalah mereka berani berekspresi. Hasil karya mereka bisa dipajang di dinding kelas atau dibacakan di depan teman-teman.Tentu mereka akan bangga jika karya mereka dihargai.
Keempat, kunjungilah perpustakaan atau pameran buku
Mengajak anak-anak untuk mengunjungi perpustakaan atau pameran buku, menjadi salah satu pilihan cara untuk mengenal dan mencintai sastra. Di sana, mereka dapat melihat berbagai jenis buku dan memilih sendiri judul yang menarik minat mereka. Biarkan mereka menjelajahi rak-rak buku dan menemukan “harta karun” mereka sendiri. Pengalaman ini akan menumbuhkan rasa cinta pada buku sejak dini.
Pembelajaran Sastra di MI yang Berakar pada Nilai Agama
Madrasah Ibtidaiyah (MI) sebagai sekolah dasar yang pembelajarannya berbasis nilai-nilai agama Islam, pembelajaran sastra juga dapat diintegrasikan dengan nilai-nilai Islam. Banyak cerita dari Al-Qur’an dan kisah para nabi yang sarat akan pesan moral. Puisi-puisi Islami juga dapat memperkenalkan anak pada keindahan bahasa Arab dan nilai-nilai ketuhanan. Dengan demikian, sastra tidak hanya melatih kemampuan berbahasa, tetapi juga menguatkan karakter dan keimanan siswa.
Dapat kita simpulkan bahwa kunci dari pembelajaran sastra yang menyenangkan adalah menjadikannya pengalaman yang hidup dan interaktif. Bukan sekadar menghafal, melainkan merasakan, menciptakan, dan berbagi. Dengan cara ini, sastra akan menjadi sahabat terbaik anak-anak dalam perjalanan mereka menemukan jati diri dan memahami indahnya dunia.