Purbalingga – Sejumlah 68 Kepala Madrasah yang terdiri dari 42 Kepala RA/BA/TA dan 26 Kepala MI wilayah kecamatan Kutasari, Bojongsari dan Mrebet mengikuti Pembinaan dan Sosialisasi Implementasi Kurikulum Merdeka Mandiri Madrasah yang digelar di MIM Kedungjampang Kecamatan Kutasari, Kamis (28/7/2022) dengan narasumber utama Pengawas Madrasah Kecamatan Kertanegara dan Rembang Mardini.
Pada kegiatan putaran keempat yang digelar Seksi Pendidikan Madrasah Kantor Kementerian Agama Kabupaten Purbalingga tersebut hadir Pengawas Madrasah Kecamatan Kutasari Muhamad Hasyim, Pengawas Madrasah Kecamatan Bojongsari Nurgiyanti dan Pengawas Madrasah Kecamatan Mrebet Amin Sutrisno. Kegiatan juga dihadiri Ketua Kelompok Kerja Madrasah Ibtidaiyah (KKMI) Kecamatan Kutasari, Kecamatan Bojongsari dan Kecamatan Mrebet.
Pengawas Madrasah Kecamatan Kutasari Muhamad Hasyim dalam laporannya menjelaskan, kegiatan tersebut diikuti oleh seluruh Kepala RA/BA/TA dan Kepala MI yang ada di kecamatan Kutasari, Bojongsari dan Mrebet. Menurutnya, dari 68 peserta tersebut 42 orang merupakan Kepala RA/BA/TA dan 26 orang lainnya merupakan Kepala MI.
“Rinciannya, dari Kecamatan Kutasari sejumlah 27 peserta terdiri dari 12 Kepala MI dan 15 Kepala RA/BA/TA. Kecamatan Bojongsari sejumlah 24 peserta terdiri dari 9 Kepala MI dan 15 Kepala RA/BA/TA. Sedangkan peserta dari kecamatan Mrebet sejumlah 17 orang terdiri dari 5 Kepala MI dan 12 RA/BA,” ungkapnya.
Ia pun memotivasi para peserta untuk bersemangat mengikuti kegiatan tersebut.
Plt. Kasubbag TU Sarif Hidayat dalam pembinaannya mengingatkan tugas dan fungsi guru dalam proses pendidikan. Selain itu ia meminta pendidik dalam melaksanakan tugas dan fungsinya tidak sekedar untuk menggugurkan kewajiban. Tetapi pendidik harus bisa memberikan manfaat kepada peserta didiknya.
“Guru sebagai pengajar harus bisa memberikan keberkahan kepada anak-anak peserta didik,’ ujarnya.
Sarif juga mengungkapkan, dalam kisaran 10 tahun terakhir ini masyarakat sedang mengalami perubahan. Menurutnya banyak orang merasakan kebingungan, terutama orang-orang yang mampu.
“Spiritual mereka gersang. Dulu masyarakat banyak yang menginginkan anak-anak mereka menjadi dokter, pejabat dan lain-lain. Namun setelah sukses dengan alasan kesibukan banyak yang kurang dapat membahagiakan orang tua mereka,” ungkapnya.
Maka sekarang banyak orang tua yang menginginkan putra-putri mereka menjadi anak-anak yang sholih-sholihah yang bisa berbakti kepada orang tua (birrul walidain), imbuhnya.
Problematika
Plt. Kasubbag TU Sarif Hidayat yang juga berpengalaman menjadi guru di Madrasah Ibtidaiyah dan Madrasah Tsanawiyah tersebut mengingatkan para peserta kegiatan akan banyaknya tantangan yang harus dihadapi di dunia pendidikan. Namun menurutnya, tantangan terbesar yang berat untuk dihadapi justru yang berasal dari dalam.
“Yang sulit bukan tantangan dari luar, tapi justru dari dalam sendiri. Persoalan eksternal memang banyak, namun bisa kita tinggalkan sepanjang kita terus menata diri, memanage madrasah kita dengan baik,” tandasnya..
Oleh karenanya ia berpesan agar para guru selaku pendidik dan pengajar untuk terus meningkatkan kompetensinya.
“Guru jangan bangga jika peserta didiknya tidak bisa mengerjakan soal yang diberikannya. Apalagi merendahkan peserta didiknya. Namun sebaliknya guru harus membimbing peserta didik agar berhasil mengerjakan tugas-tugas yang dihadapinya,” tegasnya.
Di akhir sambutannya Sarif berpesan agar pendidik meningkatkan keikhlasannya dalam mengajar. Karena menurutnya, ibadah tidak hanya aktivitas ritual semata, karena ada begitu banyak hal yang dilaksanakan dalam rangka pendidikan yang bisa menjadi ibadah bernilai jariyah. * (sar)