Edisi 28, oleh Rikin, S.H. (Penyuluh Agama Islam Kantor Urusan Agama Kecamatan Bobotsari)
Dalam dinamika kehidupan berbangsa dan bernegara, peran penyuluh agama semakin strategis. Mereka bukan hanya sekadar penyampai ajaran keagamaan, tetapi juga agen perubahan sosial yang membawa pesan moral, etika, dan nilai-nilai kebangsaan. Untuk menjalankan peran mulia ini, penyuluh agama dituntut untuk berdaya, berkarya, dan berdampak sejalan dengan nilai-nilai integritas, profesionalitas, dan tanggung jawab sebagai fondasi kerja mereka.
1. Berdaya: Menjadi Pribadi yang Kuat dan Mandiri
Penyuluh agama yang berdaya adalah mereka yang memiliki kapasitas spiritual, intelektual, dan sosial. Dengan daya ini, mereka mampu menjadi teladan di tengah masyarakat, menghadirkan keteduhan dalam perbedaan, serta menjembatani komunikasi antar kelompok.
Nilai integritas menjadi pilar utama di sini. Seorang penyuluh agama harus memiliki konsistensi antara ucapan dan perbuatan. Keteladanan lahir dari kejujuran dan keikhlasan. Masyarakat akan lebih percaya kepada penyuluh agama yang hidupnya mencerminkan ajaran yang disampaikannya.
Implementasi:
- Menjaga kejujuran dalam menyampaikan materi dakwah, tidak memihak kepentingan politik atau golongan.
- Menghindari penyalahgunaan jabatan atau posisi untuk kepentingan pribadi.
- Aktif dalam kegiatan sosial kemasyarakatan dengan ketulusan.

2. Berkarya: Menghasilkan Inovasi dan Karya Nyata
Penyuluh agama harus kreatif dan inovatif dalam menyampaikan pesan-pesan agama. Dalam era digital ini, penyuluh dituntut untuk mampu memanfaatkan berbagai platform, baik offline maupun online, untuk menyentuh berbagai lapisan masyarakat.
Nilai profesionalitas menjadi sangat penting. Profesional bukan hanya soal kemampuan teknis, tetapi juga sikap disiplin, kemampuan berkomunikasi, keterampilan manajerial, dan penguasaan materi keagamaan. Penyuluh agama profesional akan terus belajar dan meningkatkan kompetensi diri agar dapat menjawab tantangan zaman.
Implementasi:
- Membuat konten dakwah digital seperti video pendek, podcast, atau infografis keagamaan.
- Mengembangkan modul penyuluhan yang relevan dengan isu aktual seperti radikalisme, pernikahan dini, atau kerukunan umat beragama.
- Mengadakan pelatihan atau workshop keagamaan berbasis komunitas.
3. Berdampak: Menjadi Agen Perubahan Sosial
Dampak positif dari kerja penyuluh agama harus terasa di tengah masyarakat. Mereka berperan dalam menurunkan konflik sosial, meningkatkan toleransi, mengedukasi masyarakat tentang nilai-nilai moral, dan memperkuat ketahanan keluarga.
Nilai tanggung jawab di sini bermakna bahwa seorang penyuluh agama harus menyadari bahwa tugasnya bukan hanya administratif, tetapi juga moral. Mereka bertanggung jawab atas kualitas kehidupan spiritual dan sosial masyarakat binaannya.
Implementasi:
- Membentuk kelompok binaan seperti remaja masjid, majelis taklim, atau komunitas anti-narkoba.
- Menjadi mediator dalam konflik sosial berbasis agama di masyarakat.
- Mendorong budaya saling menghargai antarumat beragama melalui kegiatan lintas iman.
Menjadi penyuluh agama bukan sekadar profesi, melainkan panggilan hidup.
Ketika penyuluh agama mampu berdaya secara personal dan sosial, berkarya dengan inovasi yang menyentuh, dan berdampak nyata di masyarakat, maka mereka sedang menghidupkan nilai-nilai luhur integritas, profesionalitas, dan tanggung jawab. Nilai-nilai ini bukan hanya slogan, tetapi menjadi landasan moral yang menggerakkan setiap langkah penyuluh dalam mengabdi kepada agama, masyarakat, dan negara.