Penggunaan Reward Dan Punishment Memotivasi Belajar Dan Tingkat Disiplin Siswa
Oleh : Siti Masfufah, S.Pd.I *)
UPAYA peningkatan belajar siswa tidak lepas dari peran seaorang guru yang merupakan pusat pembelajaran. Setiap media, metode dan model pembelajaran yang digunakan guru dalam mengajar sangatlah berpengaruh terhadap hasil belajar siswa, baik hasil belajar dari segi kognitif, afektif maupun psikomotor. Hasil belajar merupakan perubahan prilaku yang diperoleh siswa setelah mengalami kegiatan belajar (Ahmad Rif'ai dan Anni Catharina, Psikologi Pendidikan Semarang:Unnes,2009). Guru selalu perhatian terhadap tingkah laku belajar siswa, modifikasi tingkah laku siswa dalam belajar dengan memberikan reward atau punishment sebagai reinforcement positif dan negatif, dan penerapan prinsip pembelajaran individual terhadap pembelajaran klasikal.
Di sekolah yang dikenal sebagai komunitas belajar, guru adalah orang yang bertanggung jawab penuh atas perkembangan prilaku dan prestasi peserta didiknya. Baik buruknya prilaku dan prestasi seorang anak pun ditentukan dari bagaimana kesungguhan seorang guru dalam mendidik siswanya dan kemampuannya dalam mengelola kelas agar suasana pembelajaran di kelas menjadi kondusif
Reward dari bahasa inggris yang artinya hadiyah,ganjaran, penghargaan atau imbuhan. Menurut Slamerto (2010:171), reward merupakan suatu penghargaan yang diberikan guru kepada siswa sebagai hadiyah karena siswa tersebut telah berprilaku baik dan sudah berhasil melaksanakan tugas yang diberikan guru dengan baik. Tujuan diadakan reward adalah untuk : 1. Meningkatkan perhatian, 2. Memudahkan peserta didik dalam proses pembelajaran, 3. Membangkitkan dan mmelihara motivasi, 4. Mengendalikan dan mengubah tingkah laku belajar, 5. Mengatur dan mengembangkan peserta didik, 6. Mengarahkan cara berfikir tingkat tinggi, 7. Menguatkan tingkah laku positif. Pada prakteknya reward dapat diberikan dalam dua hal yaitu verbal ( pujian) dan non verba (symbol atau gerakan).
Punishment merupakan penderitaan yang diberikan atau disebabkan secara sengaja oleh pendidik sesudah siswa melakukan kesalahan atau pelanggaran. Dengan ini, maka punishment juga bisa digunakan sebagai usaha preventif atau represif. Punisment juga sering diistilahkan stimulus aversif. Skinner pada awalnya sepakat dengan Throndike jika efek punishment sama dengan reward. Namun paada percobaan yang ia lakukan selanjutnya yang dilakukan Estes salah seorang mahasiswa, maka membuat pandangannya menjadi berubah. William Sterm membedakan tiga macam punishment yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak anak yang mendapatkan hukuman tersebut yakni punishment asosiatif, punishment logis dan juga punishment normatif.
Akibat dari reward bisa dijadikan penguat atau reinforcement untuk siswa agar selalu bisa melakukan kegiatan yang positif dalam pembelajaran. Sedangkan punishment bisa membiasakan seorang anak agar melakukan tindakan menyakiti orang lain seperti ketika ia sedang mengerikan hukuman yang menyakiti anak tersebut. Dengan mengunakan reward dan punishment siswa dapat termotivasi dalam belajar dan dapat disiplin.
*) Penulis adalah guru kelas MI Ma'arif NU 2 Baleraksa, Karangmoncol, Purbalingga.
editor & publisher : sri lestari