Kementerian Agama Kabupaten Purbalingga

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM, JALAN MEWUJUDKAN SEKOLAH RAMAH TANPA BULLYING

Edisi 35, oleh Mabrur (Pengawas Sekolah PAI TK/SD/SLB Kantor Kementerian Agama Kabupaten Purbalingga)

Fenomena bullying atau perundungan semakin marak terjadi di berbagai jenjang pendidikan di Indonesia. Kasus-kasus yang terungkap di media hanyalah puncak gunung es, sementara di lapangan masih banyak peserta didik yang mengalami tekanan mental, fisik, bahkan sosial akibat perilaku teman sebaya. Bullying tidak hanya merusak suasana belajar, tetapi juga meninggalkan luka jangka panjang pada karakter korban maupun pelaku.

Dalam kondisi ini, pendidikan agama Islam (PAI) memiliki peran strategis. PAI bukan sekadar pelajaran kognitif di kelas, melainkan sebuah sistem nilai yang jika dijalankan dengan konsisten mampu menciptakan budaya sekolah yang ramah, aman, dan tanpa kekerasan.

Bullying : Gejala Krisis Akhlak
Bullying lahir dari lemahnya pengendalian diri, rendahnya empati, dan hilangnya rasa hormat terhadap sesama. Anak yang melakukan perundungan sering kali ingin menunjukkan superioritas, menguasai lingkungan, atau menyalurkan masalah pribadi dengan cara yang salah. Fenomena ini menunjukkan adanya krisis akhlak yang tidak bisa hanya diatasi dengan aturan disiplin sekolah.

Islam menekankan pentingnya akhlakul karimah. Nabi Muhammad SAW pernah bersabda bahwa orang kuat bukanlah yang pandai mengalahkan lawan, tetapi yang mampu menahan amarah. Pesan ini sangat relevan untuk membangun kesadaran bahwa menghina, merendahkan, atau menyakiti orang lain bukanlah tanda kekuatan, melainkan kelemahan iman.

PAI sebagai Pendidikan Karakter
Pendidikan agama Islam tidak berhenti pada teori, melainkan harus diinternalisasikan dalam perilaku sehari-hari. Melalui pembelajaran PAI, siswa dikenalkan pada nilai ukhuwah (persaudaraan), rahmah (kasih sayang), dan ihsan (berbuat baik). Nilai-nilai ini mendorong peserta didik untuk menghormati perbedaan, saling menghargai, dan melindungi yang lemah.

Selain itu, PAI juga menanamkan kesadaran bahwa setiap manusia memiliki derajat yang sama di hadapan Allah, yang membedakan hanyalah ketakwaan. Prinsip ini, jika dipahami dengan baik, akan mencegah munculnya perilaku merendahkan atau melecehkan sesama teman.

Peran Guru dan Sekolah
Guru PAI memegang peran penting sebagai teladan. Sikap sabar, adil, dan penuh kasih dalam mengajar dapat menjadi contoh nyata bagi siswa tentang bagaimana memperlakukan orang lain. PAI juga bisa dikembangkan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler, seperti kajian keislaman, pesantren kilat, atau program tahfidz, yang di dalamnya ditekankan nilai kebersamaan dan solidaritas.

Sekolah yang ramah anak perlu menjadikan pendidikan agama sebagai dasar budaya institusi. Tidak hanya dalam jam pelajaran, tetapi juga dalam tata tertib, kegiatan OSIS, hingga interaksi sehari-hari. Dengan demikian, nilai Islam tentang menghargai sesama bisa benar-benar hidup di lingkungan sekolah.

Sinergi dengan Keluarga dan Masyarakat
Tentu saja, sekolah tidak bisa berjalan sendiri. Pendidikan agama harus diperkuat di rumah melalui teladan orang tua. Anak yang dibiasakan dengan doa, saling menghargai, dan tidak membeda-bedakan teman akan lebih mudah menolak perilaku bullying. Lingkungan masyarakat pun berperan besar: budaya menghina, mengejek, atau meremehkan orang lain yang sering dianggap sepele justru bisa menormalisasi bullying di sekolah.

Menuju Sekolah Ramah Tanpa Bullying
Sekolah ramah tanpa bullying bukanlah utopia. Ia bisa diwujudkan jika pendidikan agama Islam benar-benar dijadikan fondasi dalam membangun karakter siswa. Nilai kasih sayang, persaudaraan, dan tanggung jawab sosial dapat menjadi benteng kokoh bagi generasi muda agar tidak mudah terjerumus dalam perilaku perundungan.

Dengan demikian, PAI bukan hanya soal menghafal ayat atau mengerjakan ujian, melainkan jalan untuk menumbuhkan kesadaran moral. Sekolah yang menjadikan PAI sebagai roh pendidikan akan melahirkan generasi yang cerdas, berakhlak mulia, dan peduli pada sesama.

Bullying adalah musuh bersama. Untuk melawannya, dibutuhkan pendekatan yang menyentuh hati, bukan sekadar hukuman. Pendidikan agama Islam hadir sebagai solusi, membentuk anak-anak yang berkarakter, berempati, dan menjunjung tinggi martabat manusia. Dengan itu, kita bisa mewujudkan sekolah yang benar-benar ramah, aman, dan menumbuhkan generasi terbaik bangsa.

Post Relate

Translate »
Open chat
Hubungi Kami
Kemenag Purbalingga
Hallo 👋
Apakah ada yang bisa saya bantu?
Skip to content