Edisi 54, oleh Martini Ciptaningrum, S.Pd. (Kepala RA Diponegoro 2 Penaruban)
Kementerian Agama Republik Indonesia memiliki mandat besar untuk menjaga kerukunan umat, meningkatkan mutu layanan keagamaan, serta menghadirkan pendidikan yang bermakna bagi seluruh masyarakat. Tantangan zaman yang semakin kompleks menuntut lembaga ini melakukan inovasi dan transformasi. Oleh karena itu, lahirlah Asta Protas (Delapan Program Prioritas Kementerian Agama) sebagai arah kebijakan yang menjadi peta jalan dalam mewujudkan birokrasi yang bersih, profesional, serta dekat dengan kebutuhan masyarakat.
Keberhasilan Asta Protas tidak hanya terletak pada kebijakan pusat, melainkan juga pada kontribusi nyata lembaga pendidikan di daerah. Salah satu contohnya adalah Raudhatul Athfal (RA), sebuah lembaga pendidikan anak usia dini yang berada di bawah naungan Kementerian Agama Purbalingga. Meskipun sederhana, RA ini ikut ambil bagian dalam menyukseskan transformasi Kementerian Agama dengan menghadirkan praktik-praktik pendidikan yang sejalan dengan delapan program prioritas tersebut.
Menanamkan Moderasi Sejak Usia Dini
Salah satu fokus utama Kementerian Agama adalah penguatan moderasi beragama. Hal ini menjadi penting mengingat Indonesia adalah bangsa yang majemuk, baik dari sisi agama, budaya, maupun tradisi. RA Diponegoro 2 Penaruban menyadari bahwa nilai moderasi harus dikenalkan sejak anak-anak masih berada pada tahap usia dini.
Di sekolah, anak-anak dibiasakan untuk berdoa bersama, saling menyapa, dan menghormati teman-temannya. Guru pun selalu menekankan pentingnya sikap jujur, sabar, dan mau berbagi. Ketika ada perbedaan kecil, seperti pilihan permainan atau warna kesukaan, guru mengarahkan agar anak bisa menerima perbedaan tersebut dengan lapang dada. Pembiasaan sederhana inilah yang sesungguhnya merupakan latihan awal dalam membangun moderasi beragama.
Dengan cara ini, RA Diponegoro 2 Penaruban tidak hanya mengajarkan huruf hijaiyah atau doa sehari-hari, tetapi juga menanamkan nilai kebersamaan dan toleransi yang akan menjadi bekal anak-anak ketika tumbuh di masyarakat.
Transformasi Digital dan Inovasi Pembelajaran
Asta Protas juga menekankan pentingnya transformasi digital. Dunia pendidikan harus mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi, termasuk di tingkat pendidikan usia dini. RA Diponegoro 2 Penaruban mulai beradaptasi dengan menyediakan pembelajaran berbasis audio-visual, mengenalkan literasi digital sederhana, serta menjalin komunikasi aktif dengan orang tua melalui platform daring seperti grup WhatsApp atau aplikasi berbasis sekolah. Meski langkah ini terlihat kecil, sesungguhnya inilah bentuk nyata kontribusi lembaga pendidikan dini dalam menyukseskan agenda besar Kementerian Agama.
Guru-guru juga berupaya kreatif memanfaatkan media pembelajaran digital, misalnya video cerita Islami atau lagu-lagu edukatif yang ditayangkan dengan alat-alat teknologi sederhana. Hal ini tidak hanya membuat suasana belajar lebih menyenangkan, tetapi juga membiasakan anak-anak berinteraksi dengan teknologi secara positif dan terarah.
Peningkatan Kualitas Layanan Pendidikan
Tidak kalah penting, Asta Protas menekankan peningkatan kualitas layanan pendidikan. RA Diponegoro 2 Penaruban memahami bahwa kualitas guru sangat menentukan kualitas anak didik. Oleh karena itu, guru-guru di RA ini aktif mengikuti pelatihan, workshop, serta forum Kelompok Kerja Guru (KKG) untuk meningkatkan kompetensi mereka.
Selain itu, lembaga juga berusaha menghadirkan lingkungan belajar yang kondusif. Ruang kelas ditata dengan warna-warna cerah, terdapat sudut baca, dan tersedia area bermain edukatif. Semua itu ditujukan agar anak-anak merasa betah dan nyaman belajar di sekolah. Ketika suasana belajar menyenangkan, nilai-nilai agama dan moral pun lebih mudah ditanamkan.
Ramah Anak dan Ramah Lingkungan
Kementerian Agama juga mendorong lembaga pendidikan untuk mengedepankan prinsip ramah anak dan ramah lingkungan. RA Diponegoro 2 Penaruban berkomitmen menciptakan suasana belajar yang penuh kasih sayang, jauh dari kekerasan, serta memberikan ruang bagi anak-anak untuk berekspresi. Selain itu, kegiatan cinta lingkungan juga dilakukan melalui program sederhana, seperti menanam tanaman, memilah sampah, dan menjaga kebersihan kelas. Anak-anak dikenalkan bahwa merawat alam adalah bagian dari ajaran agama. Dengan begitu, pendidikan di RA ini bukan hanya mengajarkan doa dan hafalan, tetapi juga kepedulian sosial dan lingkungan.
Asta Protas Kementerian Agama adalah program besar yang bertujuan mewujudkan birokrasi yang bersih, pelayanan yang prima, serta pendidikan agama yang berkualitas. Kontribusi lembaga pendidikan menjadi sangat penting untuk menyukseskan agenda tersebut. Melalui pembiasaan nilai moderasi, pemanfaatan teknologi, peningkatan kualitas guru, serta penciptaan lingkungan belajar yang ramah anak, RA Diponegoro 2 Penaruban menunjukkan bahwa pendidikan usia dini adalah pondasi utama dalam membangun generasi bangsa yang moderat, cerdas, dan berkarakter. Seperti pepatah yang mengatakan, “melentur buluh haruslah sejak rebungnya”. Maka, membangun bangsa yang damai dan berkemajuan tidak bisa ditunda hingga anak dewasa, melainkan harus dimulai sejak mereka belajar mengeja doa, mengenal huruf, dan merasakan hangatnya kasih sayang di lingkungan pendidikan.