Bicara soal birokrasi seringkali membuat masyarakat mengernyitkan dahi. Bayangan antrean panjang, meja administrasi yang berlapis-lapis, hingga cerita tentang pungutan yang tak jelas kerap menjadi stigma yang melekat. Padahal, birokrasi sejatinya hadir untuk memudahkan urusan, bukan sebaliknya. Inilah mengapa reformasi birokrasi menjadi sebuah keharusan. Ia bukan sekadar jargon, tetapi tuntutan zaman agar pelayanan publik benar-benar cepat, transparan, dan jauh dari praktik korupsi.

Pegawai memegang peranan penting dalam perubahan ini. Mereka bukan hanya pelaksana administrasi, melainkan wajah pemerintah yang berhadapan langsung dengan masyarakat. Di pundak Pegawai dan pegawai lah kepercayaan publik dipertaruhkan. Karena itu, integritas bukan lagi pilihan, melainkan sebuah keniscayaan. Pegawai dan pegawai yang berintegritas adalah pondasi dari birokrasi yang bersih dan melayani.
Menyadari hal tersebut, Kantor Kementerian Agama Kabupaten Purbalingga melangkah lebih jauh dengan menghadirkan dua terobosan. Pertama, Galaksi atau Gerakan Tolak Gratifikasi dan No Korupsi, sebuah komitmen bersama untuk menolak segala bentuk gratifikasi dan praktik korupsi, sekecil apa pun bentuknya. Kedua, SEHATI yang merupakan singkatan dari Santun, Efektif dan Efisien, Humanis, Amanah, Tertib, Ikhlas. Budaya pelayanan ini menekankan bahwa melayani masyarakat harus dilakukan dengan hati, bukan sekadar menggugurkan kewajiban.
Kombinasi Galaksi dan Sehati inilah yang menjadi semangat baru bagi Pegawai Kemenag Purbalingga dalam mewujudkan pelayanan prima. Tidak hanya sekadar memproses berkas, tetapi menghadirkan pengalaman pelayanan yang ramah, transparan, dan dipercaya masyarakat.
Galaksi: PEGAWAI Bersinar Tanpa Gratifikasi
Nama Galaksi dipilih bukan tanpa alasan. Seperti bintang-bintang yang menyinari jagat raya GALAKSI merupakan akronim dari “Geakan Tolak Gratifikasi dan No Korupsi” Pegawai diharapkan menjadi penerang birokrasi dengan gerkan menguatkan kesadaran bersama menolak segala bentuk gratifikasi dan praktik korupsi.
Langkah nyata diwujudkan melalui berbagai cara, seperti penandatanganan pakta integritas oleh seluruh pegawai, sosialisasi anti-gratifikasi secara berkelanjutan melalui stiker dan pamflet yang dipasang di kantor hingga unit kerja KUA dan Madrasah dengan jargon “Tolak Gratifikasi Pantang Inyong Nyangoni” (Tolak Gratifikasi Pantang Saya Memberi Gratifikasi), penyediaan sarana pengaduan masyarakat yang transparan, serta penerapan sistem layanan yang terbuka dan akuntabel.
Selain itu, Kemenag Purbalingga juga melakukan publikasi kanal aduan melalui pamflet dan semua media baik website maupun media sosial dengan tagline “Lapor Gus Kakan”. Tidak hanya itu, dilaksanakan pula survey Indek Persepsi Anti Korupsi (IPAK) dan Indek Persepsi Kualitas Pelayanan (IPKP) pada setiap pengguna layanan PTSP sampai KUA dan Madrasah yang dapat dipantau secara realtime serta menghasilkan laporan berkala yang dipublikasikan kepada masyarakat. Hasil survei tersebut tidak berhenti hanya pada angka, melainkan ditindaklanjuti secara nyata untuk meningkatkan kualitas layanan. Semua ini menjadi wujud optimalisasi peran UPG sekaligus bentuk tanggung jawab dalam penanganan pengaduan.
Hasilnya terlihat nyata. Budaya menolak gratifikasi perlahan mengakar. Pegawai menyadari bahwa setiap bentuk pemberian di luar aturan bisa merusak integritas pribadi maupun lembaga. Dengan Galaksi, Kemenag Purbalingga berkomitmen menjaga marwah birokrasi yang bersih.
Sehati: Melayani dengan Hati
Selain bebas dari korupsi, pelayanan publik juga harus menghadirkan kenyamanan. Inilah semangat Sehati: Santun, Efektif dan Efisien, Humanis, Amanah, Tertib, Ikhlas.
Sehati bukan sekadar slogan. Ia hadir dalam perilaku sehari-hari pegawai:
• Santun dalam menyapa masyarakat.
• Efektif dan efisien dalam setiap prosedur layanan.
• Humanis dalam menghadapi beragam kondisi pemohon.
• Amanah dalam menjalankan tugas tanpa pamrih.
• Tertib sesuai aturan dan ketentuan.
• Ikhlas melayani tanpa mengharapkan imbalan.
Contoh nyata penerapannya adalah budaya pelayanan 10, 5, 3: memberikan senyum pada jarak 10 langkah, kontak mata dan anggukan pada jarak 5 langkah, serta sapaan ramah pada jarak 3 langkah. Budaya ini menciptakan suasana layanan yang hangat, humanis, dan penuh keramahan. Dengan budaya ini, pelayanan yang dulunya dipandang rumit dan kaku kini berubah menjadi ramah dan bersahabat. Masyarakat merasa dilayani, bukan sekadar diurus.
Wujud Nyata Reformasi Birokrasi
Program Galaksi dan Sehati tidak hanya menjadi inovasi internal, melainkan juga bagian dari pembangunan Zona Integritas menuju Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih Melayani (WBBM).
Kemenag Purbalingga menunjukkan bahwa reformasi birokrasi bisa diwujudkan melalui komitmen nyata: mengubah mindset Pegawai, menata sistem layanan, serta melibatkan masyarakat sebagai mitra sekaligus pengawas. Semua langkah tersebut tentu tidak lahir secara serta merta, melainkan melalui proses panjang dan komitmen bersama seluruh stakeholder Kemenag Purbalingga hingga akhirnya mulai membudaya.
Dampak dan Harapan
Perubahan yang dihadirkan melalui Galaksi dan Sehati memberikan dampak positif yang nyata. Masyarakat semakin percaya pada layanan Kemenag Purbalingga, salah satunya dengan hasil survey kepuasan masyarakat yang terus meraih nilai sangat memuaskan. Proses administrasi menjadi lebih cepat, transparan, dan bebas pungutan liar. Pegawai pun semakin disiplin, jujur, dan bertanggung jawab dalam menjalankan tugas sebagai pelayanan masyarakat.
Ke depan, harapan besarnya adalah agar capaian ini tidak berhenti sebatas program, melainkan benar-benar menjadi budaya kerja yang melekat pada setiap ASN. Reformasi bukanlah hasil instan, melainkan proses panjang yang membutuhkan komitmen, konsistensi, serta dukungan seluruh pemangku kepentingan.
Dengan melaksanakan program Galaksi dan Sehati, Kemenag Purbalingga menargetkan terwujudnya birokrasi yang bersih, melayani, dan dipercaya masyarakat. Lebih dari sekedar memenuhi indikator Zona Integritas menuju WBK/WBBM, perubahan ini diharapkan menjadi warisan budaya kerja yang terus mengakar, sehingga pelayanan publik tidak hanya lebih baik, tetapi juga lebih maksimal. Baik, berikut saya kembangkan narasi penutup artikel agar lebih kuat, reflektif, dan meninggalkan kesan mendalam.
Integritas adalah landasan, pelayanan prima adalah tujuan, dan reformasi birokrasi adalah jalannya. Melalui Galaksi dan Sehati, ASN Kemenag Purbalingga membuktikan bahwa perubahan nyata bukanlah mimpi, melainkan kenyataan yang bisa dirasakan langsung oleh masyarakat.
Kini, pelayanan tidak lagi dipandang sebagai sekedar kewajiban administratif, melainkan mewujudkan budaya kerja yang berfokus pada kejujuran, kedisiplinan, efisiensi, dan ketulusan hati sebagai ruh dalam setiap langkah pelayanan. Masyarakat tidak hanya diurus, tetapi sungguh-sungguh dilayani dengan sepenuh hati.
Perjalanan ini tentu belum selesai. Reformasi birokrasi adalah proses panjang yang memerlukan konsistensi, inovasi, serta komitmen bersama dari seluruh pemangku kepentingan. Namun dengan semangat kebersamaan, Kemenag Purbalingga telah menapakkan langkah besar menuju birokrasi yang bersih, terpercaya, dan jujur. Karena pada akhirnya, melayani bukan hanya tentang menjalankan aturan dan menjalankan perintah atasan, tetapi tentang menghadirkan manfaat, kenyamanan, dan kepercayaan. Melayani bukan sekedar kewajiban, melainkan pengabdian dengan hati yang penuh ketulusan.
Penulis: Sudiono, Plt. Kasubag TU/ Kasi Pendidikan Madrasah Kemenag Purbalingga