Edisi 38, oleh H. Achmadi (Kepala MI Negeri 2 Purbalingga)
Madrasah bukan hanya tempat belajar ilmu pengetahuan, tetapi juga ruang pembentukan karakter dan kebiasaan baik. Apalagi untuk siswa pada Pendidikan Dasar yang memiliki rentang usia 6 – 12 tahun ini memasuki masa kanak-kanak tengah (middle childhood) atau sering disebut masa belajar dan sosialisasi. Pada fase ini mereka mengembangkan kemampuan kognitif, sosial, emosional, dan moral. Oleh karena itu merupakan langkah yang tepat bagi madrasah untuk membentuk dan mengembangkan karakter sekaligus kebiasaan-kebiasaan baik agar mereka mampu menjadi pribadi yang berakhlak, bertanggung jawab, dan lebih bagus lagi ketika mereka mampu menginternalisasikan kebiasaan baik di madrasah ke rumah masing-masing maupun masyarakat.
Salah satu langkah nyata MI Negeri 2 Purbalingga dalam menumbuhkan karakter dan kebiasaan baik para siswa adalah melalui pengembangan budaya disiplin serta peduli lingkungan dengan menerapkan gerakan Madrasah Tanpa Sampah dan Tempat Sampah.

Bermula dari Tempat Pembuangan Sampah Akhir yang sudah penuh di madrasah, Kepala Madrasah menginisiasi Gerakan Madrasah Tanpa Sampah dan Tempat Sampah. Gerakan ini dilakukan dengan menghilangkan kehadiran tempat sampah di setiap kelas maupun di halaman madrasah yang biasanya digunakan oleh siswa untuk membuang sampah. Pasalnya dari sinilah penumpukan sampah di TPSA Madrasah terjadi. Tentu saja Gerakan ini bukan berarti madrasah mengabaikan keberadaan sampah, tetapi justru menekankan bahwa setiap warga madrasah, guru, siswa, maupun tenaga kependidikan harus bertanggung jawab penuh atas sampah yang dihasilkan. Dengan tote bag sebagai tempat sampah pribadi yang sudah mereka bawa dari rumah, setiap orang wajib membawa kembali sampahnya masing-masing, memilah sejak dari rumah, dan membiasakan diri untuk mengurangi penggunaan barang sekali pakai.
Dengan kebiasaan ini, madrasah dapat terbebas dari pemandangan tumpukan sampah, tempat sampah yang penuh, maupun bau yang tidak sedap. Lingkungan belajar menjadi lebih bersih, sehat, dan nyaman. Selain itu, program ini juga mendidik siswa maupun guru untuk lebih bijak dalam menggunakan barang, terbiasa hemat, serta memiliki kesadaran ekologis.
Gerakan Madrasah Tanpa Sampah dan Tempat Sampah ini didukung pula dengan program-program yang sudah berjalan dengan baik di madrasah seperti berikut:
- Pengurangan Uang Jajan (Kelas 1-2: 5.000 Kelas 3-6: 10.000);
Melalui program pembatasan uang saku, siswa dilatih untuk lebih bijak menggunakan uang, tidak boros, dan terbiasa hidup sederhana. Tidak hanya itu, langkah ini juga termasuk salah satu usaha dalam mengurangi penumpukan sampah plastik maupun kertas yang dihasilkan dari sampah jajansiswa. Jika uang saku dibatasi, maka tingkat pembelian jajan oleh siswa pun akan berkurang.
- Membawa Tumbler;
Selain menyehatkan, kebiasaan ini juga mendidik siswa untuk hidup hemat. Tidak perlu membeli minuman di luar, cukup mengisi ulang botol dengan air putih dari rumah maupun madrasah. Dengan demikian, orang tua pun lebih tenang karena anak tidak terbiasa mengonsumsi minuman yang terlalu manis atau mengandung pewarna.
- Membawa Bekal Setiap Hari;
Membawa bekal makanan sehat dari rumah adalah salah satu kebiasaan baik yang perlu dibiasakan oleh siswa di madrasah. Selain lebih hemat, bekal dari rumah juga terjamin kebersihan dan kualitas gizinya. Dengan bekal sehat, siswa dapat belajar dengan lebih fokus karena energi tubuh tercukupi dengan baik.
- Hari Tanpa Jajan (Selasa dan Jum’at)
Program sederhana di mana siswa mencoba membiasakan diri tidak membeli jajan di luar selama dua hari (Selasa & Jumat). Sebagai gantinya, siswa membawa bekal makanan dan botol minum sendiri dari rumah.
Lebih kerennya lagi uang saku di hari itu dialokasikan untuk menabung dan berinfaq.
Madrasah tanpa sampah dan tempat sampah adalah langkah kecil menuju perubahan besar. Dari kebiasaan ini, diharapkan lahir generasi yang peduli lingkungan, terbiasa menjaga kebersihan, dan mampu menjadi teladan di tengah masyarakat.