Purbalingga – Khidmat dan hangat, dua kata yang dapat menggambarkan suasana pertemuan Penyuluh Agama Bidang Keluarga Sakinah, di Ponpes Al-Hikmah asuhan K. Abdul Qodir, Penyuluh Bidang Keluarga Sakinah KUA Karanganyar, Rabu (17/3/2021) di Desa Lumpang Kecamatan Karanganyar. Acara yang dihelat 2 bulan sekali itu memang penuh dengan kajian yang bermanfaat dengan balutan canda dan kesan kekeluargaan.
Kegiatan dimulai dengan pembukaan, kajian kitab ‘Uqudullujain, sambutan-sambutan kemudian dilanjutkan dengan ramah-tamah. Namun, berbeda dengan biasanya, pada pertemuan kali ini semakin lengkap dengan tausiah yang diisi oleh Kepala KUA Karanganyar, Syarifudin.
K. Maftuhin yang didapuk sebagai pengkaji kitab Uqudullujain mensyarahkan bab tentang hormatnya istri kepada suami. Ia menjelaskan apa yang Rasulullah SAW lihat dalam perjalanan Isra’ Mi’raj terkait betapa dahsyatnya siksa seorang perempun yang tidak menutup auratnya di depan bukan mahram, menyakiti hati suaminya, yang selingkuh, tidak pernah mandi besar dan tidak menjalankan sholat, suka mengadu domba dan berbohong, hasut, iri, dengki dan yang durhaka kepada suaminya.
Beliau menutup kajian dengan statemen dalam kitab bahwa sesungguhnya taatnya istri kepada suami itu ibarat anak kepada ayahnya. Karena ketaatan anak kepada orang tua adalah wajib.
Senada dengan penjelasan K. Maftuhin, Penyuluh Agama Islam Fungsional Siti Suwarti selaku Pendamping Bidang Keluarga Sakinah menegaskan, betapa pentingnya kajian kitab tersebut sebagai bekal bagi Penyuluh Agama Bidang Keluarga Sakinah.
Dalam kesempatan tersebut berkenan memberikan tausiah Kepala KUA Karanganyar Syarifudin, menegaskan bahwa para Penyuluh Keluarga Sakinah adalah musuh utama Dasim, iblis yang suka memporak-porandakan rumah tangga.
“Sebelum Dasim menyerang rumah tangga yang lain, rumah tangga Penyuluh Keluarga Sakinah dulu yang diserang olehnya. Maka penyuluh harus lebih kuat dari Dasim,”ujarnya.
“Penyuluh harus membekali diri dengan pengetahuan yang mumpuni, minimal hafal ayat-ayat utama tentang Keluarga Sakinah dengan kaidah bacaan yang benar. Karena ukuran keilmuan yang dimiliki seorang penyuluh menurut masyarakat barometernya adalah itu.” imbuhnya.
Lebih jauh Ia menekankan pentingnya referensi otoritatif yang dimiliki Penyuluh “Jangan sampai penyuluh menyampaikan hal tanpa referensi yang jelas karena akan menjadi dosa jariyah.”
Ia juga menyoroti tentang term sakinah yang menurutnya multitafsir. Namun pada dasarnya Keluarga sakinah itu bukan keluarga yang tanpa ada pertengkaran, tapi keluarga yang ketika ada pertengkaran muaranya adalah perdamaian.
Untuk menyemangati Penyuluh, Ia menyisipi pula dengan kisah Muhammad Ali, petinju legendaris yang sekuat apapun ia tetap membutuhkan pelatih karena dalam diri manusia ada ‘blind spot’, titik lemah. Menurutnya, di situlah pentingnya pertemuan rutin Penyuluh agar saling bertukar informasi dan referensi sehingga dapat meminimalisir titik lemah yang dimiliki masing-masing penyuluh.
“Namun, jangan hanya berhenti pada titik ini. Harus dilanjutkan dengan langkah-langkah aplikatif yang tidak sekedar teoritis,” imbuhnya.
Informasi penting tentang Piloting Pusaka Keluarga Sakinah mencakup dua KUA yaitu Kecamatan Bojongsari dan Karanganyar. Ia berharap agar semua pihak siap dan turut serta mensukseskannya. Kegiatanpun ditutup dengan ramah tamah yang tentu saja hangat dalam suasana kekeluargaan.
*Kontributor berita : Nurkholis M / FauzanGino – PAI Bidang Keluarga Sakinah.
(Bimas Islam-KA)