Purbalingga – Ada tiga pelajaran utama yang dapat dipetik dari peristiwa Hari Raya Kurban. Hal tersebut disampaikan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Purbalingga KH Roghib Abdurrahman dalam khutbahnya pada kegiatan Salat Idul Adha di Alun-alun Purbalingga, Ahad (10/7/2022).
Pada kegiatan yang digelar Pemerintah Kabupaten (Pemkab) bersama Kantor Kementerian Agama Kabupaten Purbalingga tersebut bertindak selaku imam Salat Idul Adha Pengasuh Pondok Pesantren Tahfizhul Quran (PPTQ) Al Mushafiyah Karanganyar KH Mashudi Munir Al Hafidz. Sedangkan bertugas selaku khatib Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Purbalingga KH Roghib Abdurrahman.
Hadir dalam kegiatan tersebut Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi, Wakil Bupati H. Sudono, Ketua DPRD Purbalingga H.R. Bambang Irawan, para pejabat di lingkungan Pemkab dan Kantor Kementerian Agama Kabupaten Purbalingga, tokoh masyarakat, tokoh agama serta ratusan jemaah yang memenuhi Alun-alun Purbalingga dan areal sekitarnya.
Dalam khutbahnya KH Roghib Abdurrahman menandaskan, ada tiga pelajaran utama yang dapat dipetik dari peristiwa Idul Qurban.
“Pertama, tentang totalitas kepatuhan kepada Allah subhanahu wata’ala. Kedua, tentang kemuliaan manusia, dan ketiga adalah tentang hakikat pengorbanan,” ungkapnya.
Menurutnya, Nabi Ibrahim a.s. yang mendapat julukan khalilullah (kekasih Allah) mendapat ujian berat saat rasa bahagianya meluap-luap dengan kehadiran sang buah hati Ismail di dalam rumah tangganya.
“Lewat perintah menyembelih Ismail, Allah seolah hendak mengingatkan Nabi Ibrahim bahwa anak hanya titipan. Anak betapapun mahalnya kita menilai tak boleh melengahkan kita bahwa hanya Allah-lah tujuan akhir dari rasa cinta dan ketaatan,” tandasnya.
Nabi Ibrahim lolos dari ujian tersebut dan membuktikan bahwa dirinya sanggup mengalahkan egonya untuk tujuan mempertahankan nilai-nilai Ilahi, lanjutnya.
Kemuliaan dan Pengorbanan
Sedangkan tentang kemuliaan manusia ia mengungkapkan, dalam kisah tersebut manusia diingatkan untuk tidak menganggap mahal sesuatu jika itu untuk mempertahankan nilai-nilai ketuhanan. Namun di sisi lain kita juga diimbau untuk tidak meremahkan nyawa dan darah manusia.
“Penggantian Nabi Ismail dengan domba besar adalah pesan nyata bahwa pengorbanan dalam bentuk tubuh manusia sebagaimana yang berlangsung dalam tradisi sejumlah kelompok pada zaman dulu adalah hal yang diharamkan,” tegasnya.
Menurutnya, manusia dengan manusia lain sesungguhnya adalah saudara dari keturunan Nabi Adam a.s.. Seluruh manusia ibarat satu tubuh yang diciptakan Allah dalam kemuliaan. Karenanya membunuh atau menyakiti satu manusia ibarat membunuh atau menyakiti manusia secara keseluruhan.
Pada hakikatnya, sedekah daging hewan kurban hanyalah simbol dari makna berkurban yang sejatinya sangat luas. Meliputi pengorbanan dalam wujud harta benda, tenaga, pikiran dan lain sebagainya. Pengorbanan merupakan manifestasi dari kesadaran kita sebagai makhluk sosial.
“Keserakahan hanya layak dimiliki para binatang. Di sinilah perlunya kita menyembelih ego kebinatangan kita, untuk menggapai kedekatan (qurb)kepada Allah. Karena esensi kurban adalah solidaritas sesama dan ketulusan murni untuk mengharap keridhaan Allah, ” pesannya.
Apresiasi
Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi dalam sambutannya sebelum Salat Id dilaksanakan, menyampaikan apresiasi kepada warga masyarakat yang telah nyengkuyung berbagai upaya dan kebijakan pemerintah kabupaten Purbalingga termasuk dalam mengatasi pandemi Covid-19.
Selain itu ia juga mengabarkan, sejumlah 245 jemaah haji dari kabupaten Purbalingga dalam kondisi sehat dan telah selesai melaksanakan ibadah wukuf dan berbagai rangkaian ibadah haji lainnya di Tanah Suci.* (sar)