Haji Aplikasikan Aspek Spiritual dan Sosial

Purbalingga – Ibadah haji bukan hanya merupakan ibadah yang bersifat spiritual tetapi juga ibadah yang memiliki makna sosial. Karena dalam pelaksanaan ibadah tersebut harus ada keseimbangan antara hubungan dengan Sang Khalik (hablun minallah) dan hubungan dengan sesama manusia (hablun minannaas). Sebelum melaksanakan ibadah haji kedua aspek ini harus mulai dilatih. Hal tersebut disampaikan Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Purbalingga, Karsono kepada 334 peserta Bimbingan Manasik Haji Tahap II di Aula Uswatun Khasanah Purbalingga, Kamis (27/6) lalu.

Menurutnya, kemampuan pengendalian diri menjadi sangat penting karena ibadah haji bukan hanya ibadah individu.

“Haji merupakan ibadah yang dilaksanakan secara berjamaah tentu dengan latar belakang pribadi yang berbeda. Perbedaan secara pengetahuan, pendidikan, profesi, usia, budaya, adat istiadat, dialek maupun hobi sangat mempengaruhi hubungan dan komunikasi antar jemaah. Maka diperlukan sikap saling menghargai, menghormati, pengertian dan saling membantu,” ungkapnya.

Karsono juga berpesan  agar agar para peserta selalu menjaga kerukunan antar jemaah.  

“Dalam ibadah haji nanti sejak keberangkatan, selama di Tanah Suci hingga pulang ke tanah air selain memikirkan diri sendiri pikirkanlah juga orang lain. Bersikap dan berbuat baiklah demi kemaslahatan bersama. Yang muda membantu yang tua, yang sehat membantu yang sakit. Jangan sampai kita menjadi pribadi yang egois. Dengan sikap ini, insyaallah haji kita menjadi berkualitas dan mendapat predikat haji yang mabrur,” himbaunya.

Menurutnya, Nabi Muhammad SAW menjadi sosok yang agung dan mulia tidak lain adalah karena ketinggian akhlak dalam menghormati sesama.

“Oleh karenanya mari kita teladani akhlak Beliau dan kita aplikasikan aspek sosial dan spiritual kita dalam ibadah haji serta dalam kehidupan kita sehari-hari,” ungkapnya.

Tanda-tanda haji Mabrur

Pengasuh Pondok Pesantren Az Zuhriyyah Karangsentul, K.H. Nurkholis dalam kegiatan Bimbingan Manasik Haji tersebut menyampaikan tiga tanda-tanda haji mabrur.

“Ada tiga tanda-tanda haji mabrur. Yang pertama, ucapannya enak didengar, tidak membuat jengkel bagi yang mendengarkan. Yang kedua ringan berbagi. Berbagi makanan, minuman dan rezeki. Sedangkan yang ketiga adalah menebarkan kedamaian. Haji yang mabrur senantiasa menjadi perekat ukhuwah islamiyah,” paparnya.

Ia menambahkan, ada lima hal melihat yang menjadi ibadah. Melihat ka’bah, melihat mushaf Al Qur’an, melihat wajah orang ‘alim, melihat istri/suami (saling memandang) dan melihat wajah orang tua. (sri/sar)

Translate ยป