Antologi : Untuk Kepala Sekolahku Terkasih
Empat tahun silam kala saya ingin refreshing menghilangkan kejenuhan selama sepuluh tahun di tempat yang sama, akhirnya saya di mutasi ke tempat Bapak. Meski tak pernah saya bayangkan sebelumnya saya akan di mutasi kesana, tempat yang jauh dari keramaian atau bahkan bisa dikatakan pegunungan. Yang mana setiap musim kemarau airpun susah didapat. Alhamdulillah bersyukur Bapak beserta teman-teman Bapak menerima saya dengan tangan terbuka.
Setiap hari jalan yang kulalui sangat melelahkan, apalagi bagi saya seorang wanita. Namun lelah itu akan hilang kala kusampai disana disambut senyum ceria semangat anak didik tuk belajar. Merekapun tak berbeda dengan saya saat berangkat sekolah. Hanya saja mereka berjalan kaki. Yang saat saya anjangsana ke rumah anak didik. Masya Alloh… jalannya. Esok harinya di kelas selalu saya motivasi mereka untuk selalu semangat belajar. Jangan sia-siakan kesempatan, jangan kau ganti capaimu berangkat sekolah hanya untuk bermain saja. Sungguh itu membawakan hasil. Di tahun kedua saya disana, empat dari tiga puluh dua anak didikku kelas VI mendapat hadiah Nilai Tertinggi UASBN Tingkat Kecamatan dari Dinas Kabupaten. Semua ini tak kan didapat tanpa kemampuan menejerial Bapak.
Sungguh bahagia saya disana, berada dekat dengan anak-anak yang semangat belajar, teman-teman yang selalu berkolaborasi dan kepala sekolah yang mampu memenej sekolahnya. Hampir setiap dua tahun sekali menjadi juara baik di perkemahan Pengggalang LT I ataupun dalam ajang pesta siaga. Sekolah Bapak mewakili kecamatan di tingkat kabupaten. Tak hanya itu, kesenianpun sangat maju di sekolah yang Bapak pimpin. Sehingga sering diminta tampil saat acara-acara tertentu. Seperti halnya Upacara Pembukaan Pekan Olahraga dan Seni Madrasah Tingkat Kecamatan dan Kabupaten, saat Bupati kunjung desa juga keseniannya ditampilkan. Ada rasa bangga tersendiri saya disana.
Walaupun Bapak kini sudah tidak menjadi Kepala Sekolahku lagi. Namun, saya tetap ingin mengungkapkan ini semua kepada Bapak. Hanya ucapan terimakasih yang setulus-tulusnya yang bisa saya sampaikan. Atas segala bimbingan, arahan dan pengalaman yang telah diberikan kepada saya. Tak hanya kepada Bapak tetapi juga teman-teman dan anak didik disana. Karena telah memberikan pengalaman dan wawasan baru bagi saya. Begitupun dengan keluarga Bapak. Yang selalu bisa menjadi tempat saya curhat bahkan minta makan kala saya lapar. He..he.. Mau bagaimana lagi, mau kemana-mana juga jauh. Yang dekat ya di rumah Bapak.
Dapat dibayangkan dari sekolah ke tempat keramaian seperti ke kecamatan. Butuh berapa kilo kesana dengan jalan naik turun kelak-kelok sempit. Belum lagi jika berpapasan mobil. Aduh… bikin grogi. Belum nanti jika balik lagi. Malas sebelum pergi. Jalan menuju kabupaten ada jalan terobosan/ alternatif tapi hanya bisa dilewati roda dua. Dikarenakan ada penghubung desa melalui jembatan gantung. Ya, jembatan gantung yang menjadi salah satu ikon kabupaten. Dimana banyak orang penasaran untuk melewatinya, termasuk saya dulu. Dan akhirnya saya sering melewatinya jika dari sekolah menuju ke kantor kabupaten.
Namun, telah setahun ini saya jarang bahkan hampir tak pernah melewatinya. Sejak Januari 2020 saya di mutasi kembali. Sedih sudah pasti. Tetapi semua ada hikmahnya, Maret Pandemi datang. Dan saya telah mutasi ke sekolah yang masih satu kecamatan dengan domisili. Semua menjadi kenangan yang tak pernah saya lupa. Banyak ilmu yang saya peroleh disana. Dan sekarang bisa saya terapkan di sekolah baru.
Saya hanya bisa mendoakan semoga bapak beserta keluarga. Juga teman-teman, anak didik serta masyarakat disana selalu dalam keadaan sehat wal afiat. Allohumma AAmiin.
Maafkan saya apabila selama saya mengabdikan diri disana banyak salah dan khilaf baik yang di sengaja maupun tidak disengaja. Mohon doakan, semoga saya ditempat baru bisa menjadi lebih baik lagi dan bertambah ilmu yang baru bersama teman baru dan anak didik baru. Terimakasih.
Purbalingga, 9 Februari 2021
Dari yang pernah menjadi anak buah Bapak,
Nurul Khotimah
editor & publisher : sri lestari