
Madinah – Namanya Watori bin Nuryadi, Jemaah Haji rombongan 9 SOC 1 regu 33 berasal dari Desa Nangkasawit Kecamatan Kejobong Kabupaten Purbalingga. Watori seorang petani yang ulet, sederhana, sabar dan tekun beribadah. Niatnya kuat dan tekadnya bulat bahwa suatu saat ia harus berangkat menunaikan rukun Islam yang kelima, Haji.
Berdoa dan berusaha menjadi prinsip hidupnya. Untuk menggapai cita-cita naik haji, Watori memulai dari menanam merica di kebon lahan sendiri. Butir demi butir merica dikumpulkan kurang lebih selama 4 tahun berturut-turut. Setelah dirasa cukup banyak, merica dijual pada tahun 2012 dan ternyata cukup untuk mendaftar haji pada tahun tersebut. Watori mendaftar pada bulan Oktober 2012 bersama istri tercinta, Supriyah (60 tahun).
“Terkumpul 4 kwintal, saat itu per-kilonya harga lima belas ribu. Alhamdulillah, cukup untuk mendaftar haji saya dan istri”, kenangnya.
Saat ini Watori berusia 72 tahun. Meski Watori dan istri sama-sama masuk kuota Jemaah Haji Purbalingga tahun 1446 H / 2025 M, namun saat berangkat haji ia tidak bersama sang istri. Dikarenkan pada saat membuat paspor istri Watori sedang menderita sakit gula, darah tinggi dan ginjal. Sehingga istri Watori tidak termasuk Calon Jemaah Haji Istitoah Kesehatan yang dibuktikan dengan surat kesehatan haji yang dikeluarkan oleh RSUD Purbalingga.

Akhirnya, mau tidak mau dengan perasaan sedih karena tidak berangkat bersama istri, Watori melanjutkan proses dokumentasi, administrasi, bimbingan manasik hingga berangkat ke Tanah Suci.
Semangat Beribadah
Selama di Tanah Suci, Watori sangat bahagia, semangat beribadah di Masjid Nabawi. Di Madinah inilah, pertama kalinya Watori belajar mengoperasikan handphone.
Oleh teman sekamarnya, Ahmad Nukman, ia diajarkan cara menelpon, cara terima telpon, cara mengambil foto dan mengirim foto kepada keluarga.
Bersama Nukman, Watori bersama jemaah lainnya selalu beriringan ke Masjid Nabawi, Roudloh, Masjid Abu Bakar, Masjid Al Ghomamah, Makam Baqi hingga belanja daster, gelang, parfum dan lain- lain untuk anak cucu, bahkan beli mushaf Al Qur’an untuk diwakafkan di Masjid Nabawi pun, bersama-sama.
“Saat mau ke Makkah, jam 02.15 saya lihat di kamarnya sudah bangun dan sedang membaca panduan umroh dari KBIHU. Tidak malu bertanya perihal ibadah”, tutur Nukman, Karom 9.
Semoga Mabrur Sepanjang Umur !!
Pewarta : Sri Lestari
Sumber/foto : Ahmad Nukman