Present an agile attitude

Purbalingga – Masih dalam rangka penyempurnaan Penataan Manajemen Sumber Daya Manusia sebagai langkah nyata Pembangunan Zona Integritas, Kantor Kementerian Agama Kabupaten Purbalingga terus menerus memberikan pembinaan bagi segenap ASN di lingkungannya. Melanjutkan arahan dan bimbingan Tim Zona Integritas pada kegiatan Evaluasi Pelayanan PTSP, Jum’at kemarin, Ketua Pokja 2 area Proses Tata Laksana, Sugeng Riadi menyampaikan salah satu karakter yang harus dikembangkan oleh ASN pada kantor yang bertagline layanan SEHATI ini, Senin (24/05) saat apel pagi.

Agile, menurutnya seorang ASN harus memiliki karakter agile (baca : eijel) yang berarti tangkas, terampil, cerdas, cekatan, inovatif, observatif, antisipatif dan solutif. Sikap ini harus dihadirkan dalam melayani customer (tamu/pelanggan) yang berkunjung untuk mendapatkan pelayanan yang ia butuhkan. Sehingga diharapakan dengan sikap agile ini, Kantor Kementerian Agama mampu mempersembahkan pelayanan prima ( service excellent ).

“Sebagai contoh, saat kita menerima berkas dari tamu untuk persyaratan suatu layanan, hendaknya kita observasi dengan teliti.  Apakah berkas tersebut memenuhi persyaratan atau belum?. Apakah persyaratan tersebut masih dapat digunakan atau tidak?. Sebagai antisipatif dan solutif, mintalah nomor kontak customer agar kita dapat meminta dan memberikan informasi  sesuai layanan yang dibutuhkan,” katanya.

Karakter ini, lanjut Sugeng, bertujuan agar customer merasa benar-benar dilayani dengan prima oleh Kantor Kementerian Agama Kabupaten Purbalingga.

Yang mempengaruhi karakter  agile

“Karakter agile tidak serta merta ada dalam diri seseorang tanpa intervensi apapun. Karakteri ini dipengaruhi oleh pola pikir (mindset) atau persepsi diri,” ungkapnya.

Sugeng menjelaskan, menurut pakar psikolog dari Stanfort University Prof. Carol Dweck, mindset dibagi menjadi dua. Fixed Mindset dan Growth Mindset. Mindset yang pertama, aliran ini menganggap bahwa potensi, intelegensi terbawa sejak lahir. Sehingga aliran ini menganggap bahwa sesuatu sudah ada dalam dirinya dan tidak perlu lagi belajar, dikembangkan dan tidak perlu inovasi, pendidikan serta pelatihan. Aliran ini beranggapan bahwa dirinya sudah pintar dan cerdas sehingga enggan menghadapi tantangan-tantangan. Jika mengalami kegagalan aliran ini akan menyalahkan orang lain dan sistem. Sedangkan grow mindset adalah aliran yang menganggap bahwa potensi dan intelegensi dapat dikembangkan melalui inovasi, pendidikan dan pelatihan.

“Setidaknya kita di Kementerian Agama mempunyai mindset yang kedua. Bahkan lebih baik jika memiliki kedua-duanya. Memiliki pembawaan yang bagus sejak lahir yang selalu dikembangkan, insyaallah hasilnya akan sangat prima,” tandasnya.

Orientasi dunia akhirat

Sugeng mengingatkan kembali kepada peserta apel, bahwa bekerja di Kementerian Agama tidak hanya berorientasi pada dunia saja, namun berorientasi akhirat. Dengan demikian sifat ikhlas dan agile harus dikedepankan. Semata-mata mengharapkan ridlo dan barokah dari Allah SWT. Karena semua barokah yang menempel pada kinerja, rejeki dan keluarga semuanya adalah  kebaikan yang bertambah. (sl)

Translate ยป