Edisi 62, oleh H. Torik Jahidin, S.Pd.I., M.Pd.I. (Pengawas MTs Kankemenag Purbalingga)
Catatan Inspiratif untuk Pengawas Madrasah dari Bimtek KBC Batch 1 di Hotel Gracia, 27–29 Oktober 2025
Di tengah derasnya arus perubahan pendidikan nasional, para pengawas madrasah kembali menemukan oase baru: Kurikulum Berbasis Cinta (KBC). Dalam Bimtek yang digelar di Hotel Gracis pada 27–29 Oktober 2025, para pengawas diajak untuk memandang pendidikan bukan hanya sebagai sistem, tetapi sebagai perjalanan spiritual menumbuhkan cinta dan kemanusiaan.
Kurikulum ini hadir bukan sekadar konsep, melainkan gerakan batin. Ia mengajarkan bahwa belajar bukan hanya tentang menghafal ayat atau teori, tetapi tentang menanamkan kasih sayang, empati, dan tanggung jawab kepada semua ciptaan Allah.
Inti dari gerakan ini terangkum dalam Panca Cinta, lima pilar nilai yang menjadi Jiwa (SOUL) pendidikan madrasah yang berkeadaban dan berketuhanan.
1. Cinta kepada Allah dan Rasul-Nya
Segala ilmu dan amal dalam pendidikan harus berakar pada cinta kepada Allah dan Rasul-Nya. Bimtek ini menegaskan bahwa setiap guru dan pengawas perlu menghadirkan nilai ilahiah dalam proses belajar. Ketika guru mengajar dengan niat ibadah, ketika pengawas membimbing dengan keikhlasan, maka kegiatan belajar bukan lagi sekadar rutinitas, melainkan ibadah yang bernilai tinggi di sisi Allah.
Cinta kepada Allah dan Rasul menjadi fondasi spiritual, pengingat bahwa tujuan akhir pendidikan adalah melahirkan insan yang beriman, berakhlak mulia, dan bermanfaat bagi semesta.
Mari kita rubah mindset kita yang sering menonjolkan sisi Jalaliyah Allah yaitu menggambarkan Allah sebagai penghukum ke mindset KBC yang menonjolkan sisi jamaliyah Nya Allah Sehingga ALLah digambarkan penuh cinta. “Rahmatii sabaqat ghadabii, weLas asihku Lebih dominan daripada murkaku”
2. Cinta kepada Ilmu
Ilmu adalah cahaya, dan cinta adalah minyak yang menyalakannya. Para pengawas dalam Bimtek KBC diajak untuk kembali menumbuhkan budaya belajar sepanjang hayat bukan hanya bagi peserta didik, tetapi juga bagi pendidik.
Cinta ilmu berarti belajar dengan hati terbuka, menghargai setiap pengetahuan sebagai anugerah Allah, dan menularkannya dengan semangat berbagi, bukan kesombongan. Guru yang mencintai ilmu akan mengajar dengan antusias, dan murid yang merasakan semangat itu akan belajar dengan bahagia.
Merubah mindset kita dari EMPIRIS-MATERIALISTIK:Pengetahuan hanya berbasis pengalaman inderawi dan Logika menjadi mindset KBC yaitu HOLISTIK INTEGRAL: Sumber pengetahuan bukan hanya indra dan akaL, tetapi sumber-sumber spiritual menjadi keniscayaan.
3. Cinta kepada Diri dan Sesama
Salah satu pesan mendalam dari Kurikulum Berbasis Cinta adalah belajar mencintai diri tanpa melupakan cinta kepada sesama. Cinta diri berarti menerima kelebihan dan kekurangan dengan syukur, menjaga kesehatan jasmani dan batin, serta menumbuhkan karakter positif.
Namun cinta sejati tak berhenti di diri sendiri. Ia meluas menjadi empati, kepedulian, dan persaudaraan. Ketika madrasah menjadi tempat saling menghargai dan saling menyemangati, maka ia telah menjadi rumah cinta yang sesungguhnya.
Perlahan tapi pasti bisa merubah mindset secara umum yang berpikiran bahwa Mengasihani diri sendiri secara berLebihan dan mentaL korban, atau membanggakan diri secara berLebihan (SELF PITY DAN NARSISME) ke arah mindset yang berpikir bahwa Sikap welas asih pada diri yang seimbang antara kind and firm, Lembut tetapi tegas. Sehingga terbangun empati dan resiliensi (SELF COMPASSION).
4. Cinta kepada Alam dan Lingkungan
Madrasah tidak hanya mendidik manusia, tapi juga menanamkan kesadaran untuk menjaga ciptaan Allah. Cinta lingkungan adalah wujud syukur yang nyata menjaga kebersihan, menanam pohon, menghemat air, dan tidak merusak alam.
Ada sebuah hadis yang berbunyi “Irhamu man fil ardhi yarhamukum man fissama” (HR Imam Tirmidzi dan Abu Dawud.)
yang artinya “Sayangilah siapa yang ada di bumi, maka (Allah) yang ada di langit akan menyayangimu”. Hadis ini menekankan pentingnya kasih sayang kepada semua makhluk di bumi, sebagai syarat agar Allah SWT (yang ada di langit) akan mencurahkan kasih sayang-Nya kepada kita.
Inti pesan dari hadis tersebut Adalah mengajarkan untuk berbuat baik dan menyayangi semua makhluk termasuk alam dan lingkungan, agar kita mendapatkan rahmat dari Tuhan.
Dalam Bimtek, para pengawas diajak melihat bahwa pembelajaran bisa dirancang agar peserta didik merasakan kehadiran Allah melalui keindahan alam. Ketika anak-anak belajar mencintai bumi, mereka sebenarnya sedang belajar mencintai Sang Pencipta.
5. Cinta kepada Tanah Air
Cinta tanah air adalah bagian dari iman hubbul wathan minal iman. Madrasah harus menjadi tempat tumbuhnya generasi yang mencintai negeri bukan hanya dengan kata, tetapi dengan karya dan kontribusi nyata.
Cinta tanah air dalam konteks Kurikulum Berbasis Cinta berarti menumbuhkan rasa tanggung jawab, menghormati perbedaan, menjaga persatuan, dan meneladani perjuangan para ulama dan pahlawan bangsa. Menyanyikan Lagu Lagu Nasional menjadi Langkah yang harus dilakukan untjuk terus menanamkan rasa cinta tanah air.
Menutup dengan Cinta: Dari Bimtek ke Gerakan Hati
Bimtek Kurikulum Berbasis Cinta di Hotel Gracia bukan sekadar agenda pelatihan, melainkan momentum lahirnya kesadaran baru bagi para pengawas madrasah: bahwa pendidikan yang sejati tidak cukup dengan sistem dan target, tetapi harus ditopang oleh rasa cinta yang tulus.
Melalui Panca Cinta, madrasah akan tumbuh menjadi taman hati. Di sanalah anak-anak belajar bukan hanya untuk sukses, tetapi juga untuk menjadi manusia yang penuh kasih, berjiwa besar, dan berakhlak mulia. Kurikulum Berbasis Cinta bukan sekadar program, ia adalah gerakan nurani. Dan dari Gracia, semangat itu mulai menyala menebar cahaya cinta ke seluruh madrasah di penjuru negeri.