Kepala Madrasah Harus Percaya Diri

Sosialisasi Implementasi Kurikulum Merdeka Bagi Kepala Madrasah Ibtidaiyah di Gedung PGRI dibuka Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Purbalingga H. Muhammad Syafi’.

Purbalingga – Madrasah Ibtidaiyah merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun masyarakat yang memiliki ciri khas dalam bidang pendidikan agama Islam. Hal tersebut dikemukakan Kepala Kantor Kementerian Agama kabupaten Purbalingga H. Muhammad Syafi’ pada kegiatan Sosialisasi Implementasi Kurikulum Merdeka yang digelar Kelompok Kerja Madrasah Ibtidaiyah (KKMI) Kabupaten Purbalingga di Gedung PGRI Purbalingga, Kamis (21/7/2022).

Sebagaimana disampaikan Sekretaris Panitia Arif Kusworo, kegiatan yang digelar sehari tersebut dihadiri para Pengawas Madrasah dan Kepala Madrasah dari 183 Madrasah Ibtidaiyah (MI) negeri dan swasta yang ada di kabupaten Purbalingga. Selain itu juga hadir perwakilan guru kelas I dan guru kelas IV dari MI Negeri 1 Purbalingga, MI Negeri 2 Purbalingga dan MI Negeri 3 Purbalingga.

Kakankemenag Muhammad Syafi’ dalam pembinaannya meminta para Kepala Madrasah Ibtidaiyah untuk terus mengembangkan kepercayaan dirinya.

“Kepala MI jangan minder, kalau minder mundur saja. Karena Madrasah Ibtidaiyah lebih dari pada sekolah umum. Kelebihannya ada pada pendidikan agama yang lebih luas dibandingkan dengan sekolah umum,” ujarnya.

Ia pun memotivasi para peserta kegiatan selaku pendidik untuk menambah gelar melalui pendidikan formal, namun harus diikuti dengan peningkatan kualitas diri yang memadai.

“Terus tingkatkan status panjenengan sebagai pendidik dengan ilmu dan pengakuan gelar secara formal, namun kualitas diri juga harus disesuaikan, ” pesannya

Menurutnya, Madrasah Ibtidaiyah sama dengan Sekolah Dasar. Maka sudah semestinya madrasah berlomba dalam meraih prestasi maupun prestisenya. Ia pun memberikan contoh MI Al Fatah Banjarnegara yang dulunya hanya memiliki 175-an siswa saat ini telah mencapai 700 -an siswa. Salah satu faktornya adalah manajemen madrasah yang dikelola Kepala Madrasah yang meskipun berstatus guru non PNS namun memiliki keahlian menghafalkan Al Quran. Sehingga melalui program tahfizh Al Quran tersebut MI Al Fatah Banjarnegara terus diminati masyarakat di sekitarnya.

“Kita harus bangga mendapatkan kesempatan bekerja di Kementerian Agama khususnya di madrasah. Kita juga harus bersyukur, namun kelebihan itu tidak boleh menjadikan kita takabur atau sombong,” ungkapnya.

Ia menambahkan, kecenderungan masyarakat saat ini adalah menginginkan anak-anak mereka menjadi generasi yang sholih –sholihah. Meskipun mereka sendiri mengakui belum bisa menjadi orang tua yang baik atau sholih.

“Tidak heran jika kita lihat ada ibu-ibu dengan baju pendek memboncengkan putrinya yang mengenakan jilbab atau kerudung dan membawa buku iqro. Atau seorang ayah dengan banyak tato di tubuhnya mengantarkan putranya ke madrasah atau TPQ dengan membawa kitab, ” ujarnya.

Maka guru dan kepala madrasah harus menangkap fenomena ini sebagai gambaran semakin tingginya minat masyarakat untuk menyekolahkan putra-putri mereka di madrasah.

“Bisa jadi orang tua tidak memaksa anaknya agar menjadi anak sholih. Namun hanya menginginkan anak-anak mereka patuh, nurut kepada  orang tua, ” ujarnya.

Di akhir pembinaannya, Kakankemenag Muhammad Syafi’ meminta guru untuk mengajar dengan menggunakan media pembelajaran yang sesuai agar pembelajaran lebih sukses. Ia pun meminta agar madrasah bisa lebih unggul dibandingkan dengan lembaga pendidikan formal lainnya baik secara kualitas maupun dari sisi kuantitas.

Pengawas Madrasah yang sekaligus Tim Pengembang Kurikulum Kementerian Agama Shofar menjadi narasumber utama pada kegiatan IKM yang digelar Kelompok Kerja Madrasah Ibtidaiyah Kabupaten Purbalingga.

Usai pembukaan kegiatan secara resmi oleh Kakankemenag Purbalingga, kegiatan sosialisasi IKM dilanjutkan dengan materi teknis yang disampaikan oleh narasumber berpengalaman sekaligus Anggota Tim Pengembang Kurikulum Kementerian Agama Shofar, M.Pd.* (sar)

Translate »