Purbalingga – Lima (5) wajah yang harus dimiliki oleh madrasah adalah wajah keislaman, wajah keindonesiaan, wajah kelimuwan, wajah kemandirian dan wajah keumatan. Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Purbalingga, H. Karsono saat menjadi narasumber pada Pelatihan Pembelajaran Tematik bagi Guru Madrasah Ibtidaiyah, Rabu (23/02) di Aula Uswatun Hasanah.
Dihadapan sebanyak 35 peserta pelatihan, H. Karsono menjabarkan bahwa yang pertama, madrasah wajib memiliki wajah keislaman, yakni madrasah yang berciri khas Islam.
“Guru dan muridnya dalam keseharian menunjukkan karakter orang-orang Islam. Cara berpakaian, beribadah dan bersikap”, tandasnya.
Yang kedua, lanjut Kepala Kantor, madrasah harus berwajah keindonesiaan. Setiap madrasah harus bersifat dan bersikap patriotik.
“Untuk mewujudkan ini, ada program setiap saat yang secara rutin harus diajarkan agar peserta didik cinta tanah air. Dikenalkan dengan pahlawan, pemerintahan. Setiap Senin dilaksanakan upacara bendera. Materi pembelajaran disisipakn lagu-lagu perjuangan”, katanya.
Sedangkan yang ketiga, madrasah harus berwajah keilmuwan.
“Madrasah harus memberi ruang yang terbuka dan sehat, supaya peserta didik yang memiliki potensi dalam hal keilmuwan memperoleh penilaian yang adil. Insan pendidik harus dapat membedakan anak yang menguasai ilmu pengetahuan dan yang belum. Jika guru belum dapat membedakan, maka tujuan pendidikan gagal”, tegasnya.
Kepala Kantor juga menegaskan guru harus berintegritas, sportif dan adil. Hal ini penting, karena bisa terwujud jika sikap kita bertanggungjawab.
“Jangan sampai tidak ada penilaian jelas. Anak berpotensi menjadi korban karena tidak dikembangkan potensinya. Jika terjadi hal demikian di jaman ini maka kiamatlah dunia pendidikan. Madrasah berwajah kelimuwan hilang. Dengan demikian, sehatkan madrasah dengan cara memprogram pembelajaran yang dapat diukur”, pesannya.
Selanjutnya, madrasah harus berwajah mandiri.
“95 persen madrasah di Purbalingga milik yayasan. Madrasah swasta tidak boleh cengeng, jangan menunggu bantuan dari pemerintah. Mandiri, kompetitif dan berkembang. Siapapun yang mengelola madrasah, harus bisa bersikap mandiri jangan hanya menggantungkan bantuan dari pemerintah”, kiatnya.
Yang terakhir, madrasah harus berwajah keumatan.
“Kepala madrasah, guru dan pengurus harus menyatu dengan umat, membuka diri, melibatkan tokoh masyarakat, tokoh agama, pengusaha dan masyarakat . Apalagi madrasah yang sudah sukses, jangan menutup diri dari kritik. Saat masih merintis minta dukungan masyarakat , ketika sudah sukses jangan sekali-kali menutup diri”, pungkasnya. (sl)
Penerbit : Sri Lestari