Purbalingga – Tanda-tanda bangsa Indonesia masih memegang budaya ketimuran adalah masih adanya Kementerian Agama. Hal tersebut ditandaskan Budayawan Purbalingga Agus Sukoco dalam ceramahnya di Aula Lantai 2 PLHUT Kantor Kementerian Agama Kabupaten Purbalingga, Rabu (8/1/2025).
Dihadapan peserta Tasyakuran Hari Amal Bhakti ke-79 Kementerian Agama Tingkat Kankemenag Kabupaten Purbalingga, Agus mengungkapkan bahwa bangsa Indonesia lahir dalam dunia yang religius spiritualis.
“Tidak sama dengan bangsa barat yang berkembang dengan latar sejarah ideologis yang berbeda,” ujarnya.
Menurutnya, bangsa barat bangkit melalui renaissance-nya karena trauma terhadap agama. Situasi melahirkan humanisme, liberalisme, kapitalisme dan sekulerisme. Sehingga urusan agama dan keyakinan adalah wilayah privat pribadi masing-masing orang, dan negara tidak turut campur dalam hal tersebut.
“Urusan agama bukan urusan negara, maka di negara-negara barat tidak ada yang namanya Kementerian Agama,” ungkapnya.
Sedangkan negara Indonesia memiliki kultur sosial yang sebaliknya. Lahir sebagai bangsa religious yang sudah mengenal Sang Pencipta alam dan penciptaan-Nya sejak dulu.
“Dalam catatan sejarah sebelum agama samawi datang, bangsa kita dulu sudah mengenal religi dengan istilah Kapitayan. Mereka meyakini bahwa ada Tuhan yang menciptakan alam semesta ini, namun tidak bisa dijangkau dengan kelima indra manusia. Atau dengan istilah tan kinira, tan kena kinaya ngapa,” ungkapnya.
Di hadapan para peserta yang terdiri dari para pejabat struktural Kankemenag Purbalingga, tokoh agama, tokoh Masyarakat, pengurus ormas keagamaan, lembaga perbankan mitra Kemenag, pengurus organisasi profesi di lingkungan Kankemenag Purbalingga, serta para tokoh lintas agama, Agus menandaskan pentingnya menjadi pribadi umat beragama yang berkualitas.
“Apa pun agama kita yang terpenting bukan sekedar mengagung-agungkan bagusnya agama kita. Tetapi yang terpenting adalah bagaimana kita mendayagunakan diri kita untuk menjalani agama kita yang kita anggap terbaik untuk mencapai tujuan akhir hidup kita. Karena agama pada dasarnya adalah kendaraan untuk menempuh perjalanan kehidupan menuju titik akhir setiap manusia yaitu Sang Pencipta Alam,” ungkapnya filosofis.
Menurutnya, NKRI sampai saat ini masih serius dalam memikirkan urusan ketuhanan. Hal tersebut menurutnya dibuktikan dengan masih dikucurkannya anggaran negara melalui APBN untuk membangun Kementerian Agama.
Agus menambahkan, menurutnya munculnya ide kreatif manusia bukan dari otak. Tetapi dari pesan Tuhan Pencipta Alam yang disebarkan di alam semesta ini.
“Receiver kecerdasan manusia bertingkat-tingkat. Di tingkat Nabi Rasul pesan ilmu dari Tuhan ditangkap dengan kecerdasan mereka yang sempurna dalam bentuk wahyu. Begitu juga dengan para wali dan aulia Allah menangkap pesan-pesan Tuhan dalam bentuk karomah, orang soleh dalam bentuk ma’unah dan kita orang biasa bisa saja menangkapnya dalam bentuk i’tibar,” imbuhnya. *(sar)